GpMiGUz7GSCoGpr6GUziBUOp

Arsitek Muda Wajib Adaptif! Sertifikasi STRA Jadi Senjata Wajib Hadapi Era Digital

Arsitek Muda Wajib Adaptif! Sertifikasi STRA Jadi Senjata Wajib Hadapi Era Digital
Ilustrasi. Arsitektur. (Foto: Dok. Homebuilder555/Canva)

MADIUNTERKINI.ID — Profesi arsitek kini tak hanya soal menggambar bangunan indah atau memadukan bentuk estetis dengan struktur yang kokoh.

Di era digital yang bergerak cepat, arsitek dituntut menjadi pelaku perubahan yang tak hanya menguasai desain, tapi juga paham teknologi, peduli lingkungan, serta memiliki sensitivitas sosial yang tinggi.

Fenomena ini semakin terasa seiring pesatnya urbanisasi, pengembangan kawasan industri, dan peningkatan kesadaran akan tata ruang yang ramah lingkungan. Peluang terbuka luas bagi arsitek muda. Namun di balik peluang itu, kompetisi pun semakin ketat dan kompleks.

Menurut Ulinata, ST.Ars, M.T, Dosen Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Kristen Indonesia (UKI), kunci sukses bagi arsitek muda terletak pada kemauan untuk terus mengembangkan diri secara berkelanjutan.

“Untuk meningkatkan mutu karyanya, seorang arsitek perlu meningkatkan penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pengembangan keprofesian berkelanjutan sehingga dapat bersaing secara kompetitif dengan arsitek lainnya,” jelas Ulinata.

Digitalisasi ubah paradigma arsitektur modern

Perkembangan teknologi telah mengubah wajah dunia arsitektur. Perangkat lunak seperti AutoCAD, Revit, SketchUp, hingga sistem Building Information Modeling (BIM) bukan hanya alat bantu, melainkan standar baru dalam proses desain.

Dengan dukungan teknologi ini, arsitek bisa bekerja lebih cepat, presisi, dan berkolaborasi lintas wilayah tanpa batas. Sistem kerja jarak jauh atau remote working membuat para arsitek di Indonesia dapat terlibat dalam proyek global, tanpa harus berpindah domisili.

Namun, di balik kemudahan itu, ada tuntutan besar. Tak cukup hanya lulus kuliah, arsitek muda kini dituntut menempuh pendidikan profesi, mengikuti pelatihan, memahami kode etik, dan lulus uji kompetensi agar bisa diakui secara profesional.

“Bisa juga mengikuti penataran kode etik dan pengembangan keprofesian berkelanjutan sehingga kemudian diperkenankan mengikuti uji kompetensi hingga pada akhirnya memiliki bukti tertulis untuk melakukan praktik arsitek dan bertanggung jawab pada pekerjaan arsitektur yang dirancang," ungkap Ulinata.

STRA: Bukti legalitas praktik arsitek

Untuk dapat menjalankan praktik secara sah, seorang arsitek wajib memiliki Surat Tanda Registrasi Arsitek (STRA) yang dikeluarkan oleh Ikatan Arsitek Indonesia (IAI). STRA bukan sekadar formalitas, tetapi menjadi indikator kompetensi dan legalitas seseorang dalam menjalankan profesinya.

Tanpa STRA, arsitek akan sulit terlibat dalam proyek besar, terutama proyek pemerintahan atau skala nasional. Sertifikat ini menjadi bukti bahwa sang arsitek telah memenuhi standar profesional, etika, dan kompetensi sesuai regulasi nasional.

“Dalam dunia profesional, seorang arsitek yang tidak memiliki sertifikat kerja akan kesulitan bersaing di dunia kerja,” tegas Ulinata.

Kurikulum arsitektur kini lebih responsif dan kolaboratif

Dunia pendidikan juga turut menyesuaikan diri dengan dinamika industri. Banyak institusi arsitektur kini memperbarui kurikulum mereka dengan memasukkan materi tentang keberlanjutan, kecerdasan teknologi, serta isu sosial dan ekologis.

Salah satu lembaga yang mengusung pendekatan semacam ini adalah Kunkun Academy Indonesia. Mereka mengembangkan sistem pembelajaran berbasis kolaborasi dan praktik langsung, sehingga lulusan tak hanya paham teori, tetapi siap langsung terjun ke dunia kerja.

Kurikulum mereka dirancang agar adaptif terhadap isu-isu global seperti urbanisasi ekstrem, krisis iklim, dan revolusi digital. Harapannya, para lulusan menjadi pelaku perubahan, bukan hanya pengikut tren desain. Info selengkapnya dapat disimak pada website resmi www.kunkunacademy.com.

Tantangan bagi arsitek muda

Memasuki dunia arsitektur modern, arsitek muda harus tampil berbeda. Mereka dituntut memiliki portofolio yang bukan hanya estetik, tetapi solutif dan berdampak sosial.

Pemahaman terhadap etika profesi juga menjadi nilai jual tersendiri, di tengah semakin kompleksnya tantangan dunia arsitektur global.

Belum lagi tuntutan agar terus belajar dan upskilling. Dunia arsitektur bukanlah dunia yang statis, melainkan terus berevolusi. Dari penggunaan software, pemahaman terhadap sistem pembangunan hijau, hingga kemampuan manajemen proyek menjadi bekal wajib.

Beruntung, kini semakin banyak asosiasi, komunitas, dan platform digital yang menyediakan akses pelatihan, seminar, dan sertifikasi untuk mendukung pengembangan profesional arsitek muda.

Peluang tak terbatas bagi arsitek masa kini

Dengan kombinasi keterampilan desain, penguasaan teknologi, kepedulian sosial, dan komitmen terhadap etika, arsitek masa kini memiliki peluang tak terbatas untuk menapaki karier yang lebih luas.

Mereka tidak lagi sekadar perancang bangunan, tetapi bisa menjadi visioner yang membentuk wajah kota bahkan masa depan masyarakat.

Meski jalan menuju kesuksesan penuh tantangan, arsitek muda tetap punya kesempatan besar untuk bersinar.

Dengan strategi yang tepat, STRA sebagai bukti legalitas, dan semangat belajar yang tinggi, mereka dapat membuka pintu kesuksesan di tengah persaingan global yang semakin dinamis.

Ketik kata kunci lalu Enter